Kemudianlurus saja kira-kira 1 Km. Pusat oleh-oleh jenang Kudus Mubarok berada di kiri jalan. Tak sulit mencari tempat jenang Mubarok, Di sebelah kiri, musem jenang ini memperlihatkan bagaimana cara pembuatan jenang secara tradisional. Terdapat patung manusia yang sedang mengaduk adonan jenang di atas tungku kayu. Sebelah kanan dari

25 Views Resep Membentuk Wajik Solo Kudus Advertisement Trik Dodol Khas Kudus – Jenang maupun dodol merupakan kandungan eksklusif Indonesia yang sudah melegenda. Dodol yang tersohor adalah di Garut dengan cita rasa yang khas daerah asalnya. Doang, di Jawa Perdua dan Jawa Timur juga terwalak jenang atau jenang yang mempunyai rasa manis dan spesifik, salah satunya adalah Kudus. Kandungan ini sangat naik daun di kawasan asalnya, sebab cerita rakyatnya juga sedemikian itu menghirup untuk disimak di resep wajik khas Kudus. Menurut sejarahnya, jenang Kudrati suka-suka ketika Sunan Kudus yang merupakan keseleo satu anggota Walisongo menguji kesaktian muridnya yang bernama Syech Jangkung. Beliau menyuruhnya memakan bubur gamping di tepi sungai Gelis di desa Kaliputu. Padahal gamping yakni bahan bangunan yang bisa digunakan buat membuat tembok. Ternyata kendatipun mengkonsumsi gamping, Saridin atau Syech Jangkung patuh segar. Kemudian Sunan Ikhlas berujar yang rendah lebih artinya satu saat kelak sumber kehidupan penghuni desa Kaliputu bermula berasal usaha pembuatan dodol. Dan benar saja akhirnya desa tersebut memang menjadi pelaksana wajik masif sesuai dengan yang ada intern resep jenang khusus Kudus. Kelamai Individual Bersih Cara membuat ki gua garba dari resep kelamai khas Zakiah ini tidaklah selit belit. Anda hanya perlu membaca dan memahami resep wajik khas Kudus yang telat tersedia kemudian menerapkannya dengan mudah. Bahan 1 bungkus debu beras 1 ½ kg gula merah 1 ½ liter santan dari 2 butir kelapa ¼ kg tepung ketan ¼ kg gula kersik halus 100 gram wijen Pendirian Menciptakan menjadikan Siapkan bahan-bulan-bulanan yang dibutuhkan kerjakan membentuk jenang Kudus. Kemudian campurkan tepung ketan dan tepung beras menjadi suatu adonan. Aduk hingga merata dan tuangkan santan serta kembali diaduk-aduk. Setelah sudah rata, masukkan sukrosa pasir yang mutakadim dicairkan, sukrosa merah dan wijen ke dalam adonan. Kemudian masak bancuhan tersebut sampai mengental sambil diaduk secara berkala. Sanggang dan tuang ke kerumahtanggaan loyang. Dinginkan sekejap sebelum dipotong-potong sesuai selera. Potong seukuran jenang atau dodol galibnya biar bertambah mustakim bahwa kelamai tersebut berasal berpunca Zakiah Sajikan di piring saji dan hidangan wajik khas Kudus siap dinikmati Dia dapat membungkus jenang dengan plastik yang biasa digunakan perumpamaan pembungkusnya. Dengan ukuran nan kecil-kerdil, pasti akan membuat anak Beliau menyukainya. Malar-malar kalau Anda menambahkan pencelup alat pencernaan dengan warna cerah. Tapi ingat, jangan membahayakan anak dengan pewarna baju yang legal di jual di pasar. Atau tetap cak bagi namun sesuai dengan nan ada dalam pusat jenang khas Ceria. Baca Juga Resep Membuat Gathot Unik Jogja Selamat memasak dan menikmati hidangan yang telah Anda cak bagi menggunakan siasat jenang singularis Kudus. Sebatas jumpa di kuliner selanjutnya serta salam pemasak! Source
May2017 - Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al Quran Modern PSKQ, pertama di Asia Tenggara
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kudus, tak lengkap rasanya jika pulang tanpa oleh-oleh jenang Kudus. Selain bisa ditemukan di sejumlah toko di sekitar tempat wisata, camilan khas yang terbuat dari tepung beras, santan dan gula Jawa ini, juga bisa ditemukan di Museum Jenang, Mubarok Food, di Jalan Sunan Kudus, Desa Glantengan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.. Sejumlah pekerja tengah mengemas jenang di Mubarok Food. Foto Kaerul Umam Di museum yang mendapatkan Rekor MURI sebagai museum jenang satu-satunya di Indonesia itu, pengunjung bisa belajar sejarah awal berdirinya Jenang Mubarok. Tak hanya itu, berbagai miniatur bangunan ikonik Kudus juga disediakan lengkap. Tim Beta Explore bertemu Manajer Marketing Mubarok Food, M Kirom di Museum Jenang. Tim kemudian bertanya sejarah awal Mubarok Food didirikan. Dia menjelaskan, Jenang Mubarok dirintis oleh Alawiyah pada tahun 1910 hingga tahun 1940. Alawiyah merupakan warga Desa Kaliputu, daerah yang hingga saat ini dikenal sebagai daerah awal munculnya jenang. Alawiyah kemudian menikah Mabruri penduduk asli Desa Glantengan. Setelah Alawiyah meninggal, usaha jenang kemudian dilanjutkan oleh putranya, Achmad Shochib yang menjadi Generasi Kedua. Di tangan Achmad Shochib, perusahaan jenang tersebut membuat produk jenang kemasan dengan merek Sinar Tiga Tiga, sebagai identitas produk. Karyakaligrafi GRC minimalis yang ada di Museum Jenang Kudus pertama di indonesia adalah salah satu karya terbaik CV.Assiry Art dan Partner Biyono usaha mandiri. Ruangan Museum Jenang Mubarok Food Kudus Jawa Tengah ini menjadi lebih eksotik, indah dan serasa ingin berlama-lama di dalamnya. 4 Oktober 2018 Bagaimana sih cara Sang Pioner dari Kaliputu Gusjigang ibarat roh warga Kudus. Karakter ini pula yang menggerakkan laku hidup masyarakat Kudus, tak terkecuali pasangan suami istri H. Mabruri dan Hj. Alawiyah yang hidup pada era awal abad XX. Layaknya warga Kudus pada umumnya, pasangan suami istri ini juga dua sosok yang taat beragama. Ritual ibadah baik yang wajib maupun sunnah dilakukan oleh H. Mabruri dan Hj. Alawiyah. Bahkan sebagai bentuk ketaatan terhadap ajaran agama, mereka berdua pun menjalankan ukun Islam yang kelima, yakni ibadah haji di tanah suci. Waktu itu awal tahun 1900-an, perjalanan ke Makkatul Mukarromah dan Madinatul Munawwaroh bukan sesuatu yang mudah seperti sekarang ini. Butuh kesiapan mental, kecakapan menjalankan ritual serta dukungan finansial yang besar, untuk bisa melaksanakan ritual "puncak" dari Rukun Islam tersebut. Dan setelah melewati perjuangan berat, akhirnya mereka berdua pun dapat melakukan ibadah haji dan kembali ke Kudus dengan selamat. Sekembali dari tanah suci, pasangan suami istri beraktivitas layaknya warga Kudus pada umumnya. H. Mabruri mencari nafkah dengan cara berdagang. Meski sudah ada pencari nafkah, namun layaknya perempuan Kudus pada saat itu, Hj. Alawiyah tak ingin hanya berdiam diri di rumah saja. Perempuan di desa ini, dikenal mahir sebagai pembuat jenang. Hal ini tidak terlepas dari cerita lisan yang berkembang turun temurun tentang sebuah kisah yang pernah terjadi di tepi sungai Kaliputu pada masa Sunan Kudus. Waktu itu, cucu Mbah Dempok Soponyono tercebur di sungai tersebut. Meski akhirnya tertolong, namun cucu Mbah Dempok tidak sadarkan diri. Kebetulan waktu, Sunan Kudus dan Syeikh Jangkung melintas di tepi sungai tersebut. Agar cucu Mbah Dempok itu siuman, akhirnya Syeikh Jangkung meminta perempuan di sekitar lokasi membuat jenang bubur gamping. Hal inilah yang melatarbelakangi berkembangnya industri jenang di Kudus. Cerita ini pulalah yang menginspirasi ibu-ibu warga Desa Kaliputu beraktivitas membuat jenang. Awalnya, Hj. Alawiyah membuat jenang hanya untuk camilan keluarga dan tidak dijualbelikan. Rupanya, jenang buatan Hj. Alawiyah ini cocok di lidah keraba maupun tetangga yang ada di kanan kiri rumahnya. Bermula dari itu, dan dibantu "promosi" dari mulut ke mulut, jenang produksi Hj. Alawiyah kian dikenal khalayak ramai. Sejarah Jenang Kudus Mubarok dimulai saat Hj. Alawiyah dan H. Mabruri mulai menjajakan jenang dari tangan ke tangan di Pasar Bubar yang dulu berada di sekitar Masjid Al Aqsha Menara Kudus kini areal makam Sunan Kudus sekitar tahun 1910. Waktu itu, jenang di jajakan dengan cara ditempatkan dalam wadah loyang dan tanpa diberi merk. Seriring waktu, rupanya peminat jenang buatan Hj. Alawiyah kian banyak. Jenang hasil buatannya pun kerap digunakan untuk berbagai acara mulai pernikahan, sunatan dan lain sebagainya. Kapasitas produksi waktu itu masih sekitar 35 kilogram per hari dengan sistem penjualan ditimbang sesuai pesanan dan nilai pembelian. Capaian "prestasi" pada masa generasi pertama ini tahun 1910 - 1940 masih seputar ide pembuatan hingga perluasan pasar. Hal ini dapat dimaklumi, karena situasi sosial, politik, ekonomi dan aspek-aspek lainnya pada saat itu memang belum memungkinkan munculnya langkah visioner dalam berdagang. Meski begitu, generasi perintis ini setidaknya sudah mengawali sebuah langkah besar yang akhirnya diteruskan generasi berikutnya yakni dengan memasang merk HMR Haji Mabruri pada jenang buatan Hj. Alawiyah. 1 Jauhar Al-Asnani ‘Ala Al-Lujjain Al-Dani Fi Manaqib Abd Al Qadir - Abu Ahmad Abd Al Hamid Al-Qandali (Kendal) : Semarang , Al Munawwir. 2. Al-Nur Al Burhani Fi Tarjamah Al Lujjain Al-Dani - Muslih Bin Abd Al Rahman Al Maraqi (Mranggen) : Semarang, Toha Putra. 3. Lubab Al Ma’ani Fi Tarjamah Lujjain Al-Dani –Abu Muhammad Salih Mustamir Al Hajaini (Kajen) :
Kudus - Berawal dari camilan keluarga, Jenang Mubarok kini jadi salah satu produsen dodol Kudus legendaris sejak 110 tahun ke kota Kudus di Jawa Tengah, rasanya tak lengkap jika tidak mencicipi jenang yaitu dodol manis khas sana. Bahkan kini tersedia museum menarik yang mengulas tentang sejarah jenang di kota Juga Ke Kudus, Jangan Lupa Beli Jenang dan Mampir ke Museumnya Ya! Lewat sesi Instagram Live Ngintipkuliner yang digagas oleh pakar kuliner William Wongso, beliau mengajak orang-orang untuk mengenal lebih jauh tentang jenang Kudus dari Mubarok Kudus Foto Instagram Jenang MubarokBersama akun kangenmasakanrumah, di sesi Instagram Live ini mereka berkunjung ke pabrik jenang punya Jenang Mubarok Kudus."Jenang itu sejenis dodol yang dibuat dari tepung ketan dengan gula lalu dimasak. Kali ini kita mau melihat proses pembuatan jenang dari Jenang Mubarok Kudus," jelas Mubarok sendiri sudah eksis sejak tahun 110 tahun. Kini produsen jenang legendaris itu dijalani oleh generasi ketiga, tetap dengan menggunakan resep dan bahan-bahan tradisional."Jenang Mubarok Kudus sudah diekspor ke berbagai negara. Selain mengolah jenang, kami juga mendirikan museum jenang dari tahun 2017 lalu. Tujuannya untuk melestarikan jenang serta budaya dan sejarah di Kudus," jelas Kirom, selaku salah satu perwakilan dari Jenang Mubarok Kudus Foto Instagram Jenang MubarokBerbeda dengan jenang lainnya, jenang buatan Mubarok sudah berskala besar. Di tengah pandemi ini mereka menerapkan protokol kesehatan."Kami ini dulu hanya UKM kecil tapi sekarang luar biasa. Untuk bahan utamanya kami menggunakan tepung beras ketan, kelapa dan nira tebu untuk gulanya. Selain itu semua jenang masih dimasak menggunakan kayu bakar selama lima jam," lanjut tanpa alasan mengapa pabrik Jenang Mubarok masih menggunakan kayu bakar. Selama tiga generasi memang ada sedikit peribahan. Seperti penggunaan mesin di generasi ketiga. Namun mereka masih menggunakan kayu bakar sebagai sumber Mubarok Kudus Foto Instagram Jenang Mubarok"Jadi jenang cara mengolahnya ada beberapa tahapan. Dari pemanasan gula, santan kelapa dan tepung beras ketan. Lalu kayu bakar dipilih karena membuat kami lebih mudah mengontrolnya," ungkap itu kayu bakar juga memiliki suhu panas yang lebih merata. Sementara jika menggunakan panas dari kompor suhunya hanya terpaku pada satu titik, sehingga risiko adonan jenang yang gosong lebih tinggi."Setelah adonan dimasak selama 5 jam, baru dimasukkan ke ruangan khusus. Setiap wajan bisa menampung 40 kg adonan. Di sana adonan didiamkan selama sehari penuh. Tujuannya agar ketika dikemas, jenang tidak berembun dan lebih tahan lama tak mudah basi," sambung ditanya perbedaan antara jenang dan dodol, Kirom menjawab bahwa secara keseluruhan komposisi bahan yang digunakan cukup sama. Perbedaannya hanya terletak pada cenderung lebih lembut dan sedikit basah karena menggunakan lemak nabati. Sementara dodol teksturnya lebih kering karena menggunakan lemak Mubarok Kudus Foto Instagram Jenang Mubarok"Menurut sejarah turun temurun, jenang ini merupakan makanan para raja di Kudus sejak dulu. Setiap satu Muharam ada namanya acara Kirab Jenang. Jadi sampai sekarang diyakini bahwa jenang ini memang makanan asli dari tanah Kudus. Serta tidak memiliki pengaruh dari kuliner lain," pungkas Jenang Mubarok rasanya ada bermacam-macam, mulai dari cappuccino, moka hingga durian. Semua varian ini bisa dibeli langsung di toko online dan di situs resmi Jenang Juga Pulang Kampung ke Jawa Tengah Bisa Jajan Jenang hingga Brem Enak Simak Video "Jenang Sumsum, Makanan Lezat yang Punya Makna " [GambasVideo 20detik] sob/odi
Pembuatanjenang dilakukan secara tradisional di atas tungku dengan pengapian kayu bakar. Kini, Jenang Mubarok terus mengembangkan merek jenangnya, diantaranya Mabrur, Mubarok Viva, dan Sinar Tiga-Tiga dengan berbagai aroma rasa. Harga jualnya mulai Rp 5.500 sampai Rp 50 ribu satu boks.
Kudus selain memiliki Masjid Menara Kudus yang masyhur, juga memiliki nama besar di bidang kuliner. Jenang telah identik dengan Kudus, sehingga berkunjung ke Kudus tak lengkap bila tak membawa buah tangan berupa jenang. Jenang sendiri sebagai oleh-oleh khas Kudus banyak dijumpai di daerah yang berjuluk Kota Kretek itu. Namun, jenang paling terkenal adalah jenang merek Mubarok yang disebut-sebut sebagai pelopor jenang di Kudus. Mubarok-lah yang membawa jenang Kudus dikenal dan bahkan boleh dibilang telah go national. Jenang Kudus merek Mubarok telah menempuh perjalanan yang tidak pendek alias telah melewati masa tempuh yang cukup panjang. Sejarah perjalanan panjang jenang Kudus, terutama merek Mubarok itu, dapat ditelisik di Museum Jenang yang terletak di Jalan Sunan Muria 33, Kota Kudus, Kudus. Museum Jenang didirikan oleh PT Mubarokfood Cipta Delicia—perusahaan yang memproduksi jenang merek Mubarok—sebagai tempat untuk mengenalkan produk jenang dan sejarahnya kepada khalayak luas. Museum Jenang digagas tepat pada momentun jenang merek Mubarok berusia satu abad, yaitu pada 2010. Meski baru tujuh tahun kemudian, yaitu pada 24 Mei 2017, gagasan itu terealisasi dan Museum Jenang—sebagai museum jenang pertama dan satu-satunya di Indonesia, diresmikan. Sejarah Jenang Kudus Bangunan dua lantai itu dibagi dalam dua bagian. Bangunan bawah adalah gerai Mubarok Food yang menyediakan produk jenang Kudus merek Mubarok dengan berbagai varian rasa, beserta pilihan aneka produk oleh-oleh lainnya. Adapun Museum Jenang menempati lantai dua. Begitu naik tangga dan masuk ke ruang museum, kita akan disambut oleh interior ruangan yang klasik dan memikat. Segera di ruangan ini kita disuguhi sebuah informasi yang disematkan pada sebuah papan kayu yang dibuat artistik yang berisi sekilas riwayat asal-usul jenang Kudus. Dari sini kita menjadi tahu bahwa entitas jenang Kudus sudah ada sejak beratus tahun lampau dan berkait erat dengan sosok Sunan Kudus. Intisari tulisan itu dapat sebutkan, asal-usul jenang Kudus berawal ketika cucu Mbah Denok Soponyono sedang bermain burung merpati di tepi sungai, lalu tercebur dan hanyut. Anak tersebut ditolong oleh warga. Saat itu, melintaslah Sunan Kudus dan muridnya, Syekh Jangkung, dan menghampiri warga yang sedang berkerumun. Replika patung orang sedang mengaduk jenang/Badiatul Muchlisin Asti Sunan Kudus berkesimpulan bahwa anak tersebut sudah mati. Namun Syekh Jangkung mengatakan bahwa anak tersebut hanya mati suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta para ibu untuk membuat jenang. Dari situlah kemudian Sunan Kudus berucap, “Suk nek ono rejaning jaman, wong Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya, suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang. Dari legenda itulah, produksi jenang Kudus di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus, kemudian berkembang hingga sekarang. Bahkan sebagai bentuk rasa syukur atas berkah usaha jenang, setiap tanggal 1 Muharram digelar Kirab Tebokan atau disebut juga Arak-arakan Jenang. Di museum itu juga digambarkan tentang proses pembuatan jenang melalui patung orang yang sedang mengaduk jenang. Berbagai alat membuat jenang yang dulu dipakai untuk membuat jenang juga di-display, sehingga bisa mengantarkan imaji pengunjung pada proses pembuatan jenang dari masa ke masa. Misalnya ada mesin parut kelapa; mesin peras kelapa; alat susuk, alu penumbuk dan tebok tempat jenang; lumpang; mesin mixer pengolahan jenang; dan mesin inkjet printing/labeling. Dipajang pula potret pendiri dan pengelola jenang Kudus merek Mubarok dari generasi ke generasi, yang hingga sekarang telah memasuki generasi ketiga. Dimulai perintis pertama jenang Mubarok, pasangan H. Mabruri dan Hj. Alawiyah sejak tahun 1910 hingga tahun 1940. Lalu diteruskan generasi kedua, pasangan Sochib dan Hj. Istifaiyah sejak tahun 1940 hingga tahun 1992. Lalu generasi ketiga, pasangan H. Muhammad Hilmy, SE dan Hj. Nujumullaily, SE sejak tahun 1992 hingga sekarang. Diorama Pasar Bubar tahun 1930-an tempat jenang Mubarok dipasarkan pertama kali dari tangan ke tangan/Badiatul Muchlisin Asti Di Museum Jenang juga dihadirkan diorama Pasar Bubar—tempat dulu generasi pertama jenang Mubarok memasarkan jenangnya dari tangan ke tangan pada sekitar tahun 1930-an. Pasar Bubar dulu terletak di sekitar Masjid Menara Kudus yang kini telah beralih wahana menjadi area parkir dan taman Menara Kudus. Dengan melihat diorama Pasar Bubar, pengunjung dapat melihat proses transaksi dan cara penjualan jenang di masa itu. Tak Sekadar Soal Jenang Namun Museum Jenang tak hanya soal jenang. Museum juga menggambarkan sejarah Kudus pada umumnya. Di mulai dari adanya desain bangunan nan eksotik berupa tembok pagar keliling yang dibuat dari batu bata merah, yang mengingatkan pada gaya bangunan kerajaan Jawa kuno. Lalu di bagian tengahnya terdapat replika Menara Kudus dengan dimensi tinggi sekira 6 meter. Juga terdapat miniatur Masjid Menara Kudus dan kompleks makam Sunan Kudus. Replika Menara Kudus dengan tinggi sekira 6 meter/Badiatul Muchlisin Asti Ada pula Rumah Adat Kudus di Museum Jenang. Rumah adat Kudus yang biasa disebut dengan istilah “joglo Kudus” ini merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Kudus. Rumah adat ini juga lazim disebut “atap pencu” dengan model bangunan yang didominasi seni ukir khas Kudus dan mencerminkan secara padu akulturasi budaya Jawa Hindu, Persia Islam, Cina Tionghoa, dan Eropa Belanda. Rumah adat Kudus yang disebut juga joglo Kudus/Badiatul Muchlisin Asti Lebih jauh lagi, museum juga menampilan foto Bupati Kudus dari masa ke masa yang dipasang secara berjajar. Juga dipajang beberapa foto Bupati Kudus tempo dulu dalam berbagai fragmen, seperti foto Bupati Kudus saat berpose dengan Bupati Demak tahun 1868, foto Bupati Kudus Raden Mas Toemenggoeng Tjondronegoro bersama saudara-saudaranya tahun 1867, foto Bupati Kudus Raden Panji Toemenggoeng Hadinoto dan keluarganya di Pendopo Kabupaten tahun 1924, Bupati Kudus Raden Panjie Toemenggoeng Hadinotodan pejabat Belanda di Pendopo Kabupaten tahun 1925, dan banyak lagi. Potret Bupati Kudus dari masa ke masa/Badiatul Muchlisin Asti Museum juga menampilkan berbagai potret tokoh kretek Kudus Niti Semito dan berbagai potret Kudus tempo dulu, seperti Jembatan Kereta Api di Tanggulangin tahun 1900, Interior Pendopo Kabupaten Kudus tahun 1923, Stasiun Kereta Api Tahun 1936, Kantor Polisi Kudus tahun 1928, Alun-alun Kudus Tahun 1936, Petugas Telkom Kudus tahun 1938, dan potret lawas lainnya. Ruang Gusjigang dan Pesan Persaudaraan Selain menampilkan sejarah jenang dari masa ke masa dan sejarah Kudus melalui pekbagai replika, diorama, dan potret, di Museum Jenang juga terdapat ruang khusus yang dinamakan Ruang Gusjigang atau Gusjigang X-Building. Pengunjung Museum Jenang langsung bisa masuk dan mengeksplorasi berbagai spot yang ditampilkan di ruang ini. Di antaranya, di ruang ini pengunjung dapat membaca kilas biografi/sejarah tokoh ulama Kudus dan pengusaha masa lalu Kudus di antaranya biografi Sunan Kudus, Sunan Muria, Kiai Telingsing, KH. Raden Asnawi, KH. M. Arwani Amin, KH. Turaichan Adjhuri, RMP. Sosrokartono, Nitisemito, H. Djamhari, dan lain sebagainya. Selain itu ditampilkan pula berbagai literasi dan puisi tentang Gusjigang karya penyair nasional maupun lokal Kudus, antara lain puisi karya KH. Mustofa Bisri Gus Mus, Lukman Hakim Saifuddin Menag RI 2014 – 2019, Emha Ainun Nadjib, Habib Anis Soleh Ba’asyin, Sosiawan Leak, Jumari HS, Mukti Sutarman SP, Nur Said EL-Qudsy, Shofiyan Hadi, Bin Subiyanto, Hasan Elmore, Lily Hilmy, dan lainnya. Omah Kapal yang dibangun pada tahun 1930-an dan pernah menjadi landmark Kota Kudus/Badiatul Muchlisin Asti Di Ruang Gusjigang juga terdapat Ruang Galeri Al-Quran dan Asmaul Husna, Omah Kembar dan Pesawat Fokker Nitisemito, Omah Kapal, dan Ruang Trilogi Ukhuwah. Di Ruang Trilogi Ukhuwah pengunjung dapat menyelami pesan-pesan persaudaraan, utamanya dalam konteks dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah. Keduanya disebut-sebut sebagai dua kekuatan terbesar Islam Indonesia yang harus bergandengan tangan untuk membangun Indonesia. Apalagi mengingat kedua ormas tersebut didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari NU dan KH. Ahmad Dahlan Muhammadiyah, yang keduanya pernah menimba ilmu pada guru yang sama atau tunggal guru, sehingga tidak ada alasan untuk tidak bersatu dan bergandengan tangan. Trilogi Ukhuwah sendiri mengandung tiga pesan persaudaraan meliputi ukhuwah Islamiyah persaudaraan antar sesama muslim, ukhuwah wathoniyah ikatan kebangsaan, dan ukhuwah basyariyah ikatan kemanusiaan. Ketiga persaudaraan itulah pondasi penting dalam membangun negeri dan menguatkan NKRI. Gusjigang sendiri yang menjadi nama bagi ruang ini merupakan falsafah masyarakat Kudus sebagai local wisdom dan local culture serta ajaran moral kehidupan warisan Sunan Kudus. Spirit Gusjigang terdapat dalam akronim Gusjigang yaitu baGUS akhlaknya spiritual, pinter ngaJI intelektual, dan terampil daGANG entrepreneurship. Melalui filosofi inilah Sunan Kudus menuntun para pengikutnya dan masyarakat Kudus menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian yang bagus, tekun mengaji, dan mau berusaha atau berdagang. Sangat menarik bukan? Jadi, bila ke Kudus, jangan lupa mampir ke Museum Jenang. Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu. /Badiatul Muchlisin Asti Badiatul Muchlisin Asti Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat sejarah kuliner tradisional Indonesia . 489 175 104 137 217 214 302 440

cara membuat jenang kudus mubarok