TOKYO August 31, 2016—Canon Inc. today announced that it has developed a new CMOS sensor equipped with a global shutter function that, because it exposes all of the sensor’s pixels at the same time, enables the capture of distortion-free images even

Salah satu aspek yang dilihat saat menilai kualitas kamera digital adalah sensornya. Kita tahu sensor pada kamera digital adalah rangkaian peka cahaya, tempat gambar dibentuk dan dirubah menjadi sinyal data. Tidak semua kamera digital punya ukuran sensor yang sama. Sesuai bentuknya, kamera digital yang kecil umumnya pakai sensor yang juga kecil, sedangkan kamera mirrorless dan DSLR memakai sensor yang lebih besar. Sensor dengan luas penampang sama dengan ukuran film 35mm disebut sensor full frame. Mengapa penting untuk mengenal ukuran sensor di kamera digital? Karena ukuran sensor berkaitan dengan kemampuan menangkap cahaya dan menentukan bagus tidaknya hasil foto yang diambil. Sekeping sensor pada dasarnya merupakan sekumpulan piksel yang peka cahaya, saat ini umumnya sekeping sensor punya 10 juta piksel bahkan lebih. Makin banyak piksel, makin detil foto yang bisa direkam. Tapi saat bicara kualitas hasil foto, kita perlu mencari lebih jauh info ukuran sensornya, bukan sekedar berapa juta pikselnya saja. Megapiksel, atau resolusi sensor, saat ini seperti jadi cara efektif untuk marketing. Maka itu ponsel berkamera pun dibuat punya sensor yang megapikselnya tinggi. Pun demikian dengan kamera saku sampai kamera canggih, semua berlomba menjual megapiksel’ ini. Bayangkan sensor kecil yang dijejali piksel begitu banyak, seperti apa rapat dan sempitnya piksel-piksel itu berhimpit? Dibawah ini adalah contoh ilustrasi ukuran sensor, dua di sebelah kiri yang berwarna merah adalah mewakili sensor kecil, umumnya ditemui di kamera saku. Sensor kecil memang murah dalam hal biaya produksi, dan bisa membuat bentuk kamera jadi sangat kecil. Di sisi lain, ukuran sensor yang lebih besar memang lebih mahal dan kamera/lensanya jadi lebih besar. Tapi keuntungannya dengan luas penampang yang lebih besar, tiap piksel punya ukuran yang lebih besar dan mampu menangkap cahaya dengan lebih baik. Maka itu saat kondisi kurang cahaya, dimana kamera tentu akan menaikkan ISO kepekaan sensor, yang terjadi adalah hasil foto dari kamera dengan sensor besar punya hasil foto yang lebih baik. Sedangkan di ISO tinggi, kamera sensor kecil akan dipenuhi bercak noise yang mengganggu. Noise ini oleh kamera modern dicoba untuk dikurangi secara otomatis lewat prosesor kamera namun yang terjadi hasil fotonya jadi tidak natural seperti lukisan cat air. Sensor CMOS vs sensor CCD Perbedaan utama desain CMOS dan CCD adalah pada sirkuit digitalnya. Setiap piksel pada sensor CMOS sudah memakai sistem chip yang langsung mengkonversi tegangan menjadi data, sementara piksel-piksel pada sensor CCD hanya berupa photodioda yang mengeluarkan sinyal analog sehingga perlu rangkaian terpisah untuk merubah dari analog ke digital/ADC. Anda mungkin penasaran mengapa banyak produsen yang kini beralih ke sensor CMOS, padahal secara hasil foto sensor CCD juga sudah memenuhi standar. Alasan utamanya menurut saya adalah soal kepraktisan, dimana sekeping sensor CMOS sudah mampu memberi keluaran data digital siap olah sehingga meniadakan biaya untuk membuat rangkaian ADC. Selain itu sensor CMOS juga punya kemampuan untuk diajak bekerja cepat yaitu sanggup mengambil banyak foto dalam waktu satu detik. Ini tentu menguntungkan bagi produsen yang ingin menjual fitur high speed burst. Faktor lain yang juga perlu dicatat adalah sensor CMOS lebih hemat energi sehingga pemakaian baterai lebih awet. Maka itu tak heran kini semakin banyak kamera digital DSLR maupun kamera saku yang akhirnya beralih ke sensor CMOS. Adapun soal kemampuan sensor CMOS dalam ISO tinggi pada dasarnya tak berbeda dengan sensor CCD dimana noise yang ditimbulkan juga linier dengan kenaikan ISO. Kalau ada klaim sensor CMOS lebih aman dari noise maka itu hanya kecerdikan produsen dalam mengatur noise reduction. Cara sensor menangkap’ warna Sensor gambar pada dasarnya merupakan perpaduan dari chip peka cahaya untuk mendapat informasi terang gelap dan filter warna untuk merekam warna seakurat mungkin. Di era fotografi film, pada sebuah roll film terdapat tiga lapis emulsi yang peka terhadap warna merah Red, hijau Green dan biru Blue. Di era digital, sensor kamera memiliki bermacam variasi desain teknologi filter warna tergantung produsennya dan harga sensornya. Cara kerja filter warna cukup simpel, misal seberkas cahaya polikromatik multi warna melalui filter merah, maka warna apapun selain warna merah tidak bisa lolos melewati filter itu. Dengan begitu sensor hanya akan menghasilkan warna merah saja. Untuk mewujudkan jutaan kombinasi warna seperti keadaan aslinya, cukup memakai tiga warna filter yaitu RGB sama seperti film dan pencampuran dari ketiga warna komplementer itu bisa menghasilkan aneka warna yang sangat banyak. Hal yang sama kita bisa jumpai juga di layar LCD seperti komputer atau ponsel yang tersusun dari piksel RGB. Bayer CFA Sesuai nama penemunya yaitu Bryce Bayer, seorang ilmuwan dari Kodak pertama kali memperkenalkan teknik ini di tahun 1970. Sensor dengan desain Bayer Color Filter Array CFA termasuk sensor paling banyak dipakai di kamera digital hingga saat ini. Keuntungan desain sensor Bayer adalah desain mosaik filter warna yang simpel cukup satu lapis, namun sudah mencakup tiga elemen warna dasar yaitu RGB lihat ilustrasi di atas. Kerugiannya adalah setiap satu piksel pada dasarnya hanya melihat’ satu warna, maka untuk bisa menampilkan warna yang sebenarnya perlu dilakukan teknik color sampling dengan perhitungan rumit berupa interpolasi demosaicing. Perhatikan ilustrasi mosaik piksel di bawah ini, ternyata filter warna hijau punya jumlah yang lebih banyak dibanding warna merah dan biru. Hal ini dibuat mengikuti sifat mata manusia yang lebih peka terhadap warna hijau. Kekurangan sensor Bayer yang paling disayangkan adalah hasil foto yang didapat dengan cara interpolasi tidak bisa menampilkan warna sebaik aslinya. Selain itu kerap terjadi moire pada saat sensor menangkap pola garis yang rapat seperti motif di kemeja atau pada bangunan. Cara termudah mengurangi moire adalah dengan memasang filter low pass yang bersifat anti aliasing, yang membuat ketajaman foto sedikit menurun. Sensor X Trans Sensor dengan nama X Trans dikembangkan secara ekslusif oleh Fujifilm, dan digunakan pada beberapa kamera kelas atas Fuji seperti X-E2 dan X-T1. Desain filter warna di sensor X Trans merupakan pengembangan dari desain Bayer yang punya kesamaan bahwa setiap piksel hanya bisa melihat satu warna. Bedanya, Fuji menata ulang susunan filter warna RGBnya. Bila pada desain Bayer kita menemui dua piksel hijau, satu merah dan satu biru pada grid 2Ɨ2, maka di sensor X Trans kita akan menemui pola grid 6Ɨ6 yang berulang. Nama X trans sepertinya diambil dari susunan piksel hijau dalam grid 6Ɨ6 yang membentuk huruf X seperti contoh di bawah ini. Fuji mengklaim beberapa keunggulan desain X Trans seperti tidak perlu filter low pass, karena desain pikselnya sudah aman dari moire terhindar dari false colour, karena setiap baris piksel punya semua elemen warna RGB tata letak filter warna yang agak acak memberi kesan grain layaknya film Sepintas kita bisa setuju kalau desain X Trans lebih baik daripada Bayer, namun ada beberapa hal yang masih jadi kendala dari desain X Trans ini, yaitu hampir tidak mungkin Fuji akan memberikan lisensi X Trans ke produsen kamera lain artinya hanya pemilik kamera Fuji tipe tertentu yang bisa menikmati sensor ini. Kendala lain adalah sulitnya dukungan aplikasi editing untuk bisa membaca file RAW dari sensor X Trans ini. Sensor Foveon X3 Foveon sementara ini juga ekslusif dikembangakan untuk kamera Sigma tipe tertentu. Dibanding sensor lain yang cuma punya satu lapis filter warna, sensor Foveon punya tiga lapis filter warna yaitu lapisan merah, hijau dan biru. Desain ini persis sama dengan desain emulsi warna pada roll film foto. Hasil foto dari sensor Foveon memberikan warna yang akurat dan cenderung vibrant, bahasa gampangnya seindah warna aslinya. Hal yang wajar karena setiap photo detector di sensor Foveon memang menerima informasi warna yang utuh dan tidak diperlukan lagi proses menebak’ warna seperti sensor Bayer atau X-Trans. Yang jadi polemik dalam sensor Foveon adalah jumlah piksel aktual. Misalnya ada tiga lapis filter warna yang masing-masing berjumlah 3,4 juta piksel, maka Foveon menyebut sensornya adalah sensor 10,2 MP karena didapat dari 3 lapis filter 3,4 MP. Ini agak rancu karena saat foto yang dihasilkan dari sensor Foveon kita lihat resolusi gambarn efektifnya memang hanya 2268 x 1512 piksel atau setara dengan 3,4 MP originalnya dan yang terbaru 15 MP. Meski demikian, karena kualitas di pixel levelnya sangat tinggi, maka saat diadu dalam cetak dengan foto buatan sensor Bayer, resolusinya seperti 2X yang tertera di file foto. Misalnya MP setara MP dan 15 MP setara 30 MP. tambahan oleh Enche Tjin Salah satu kelemahan dari sensor Foveon adalah noise yang sudah terasa mengganggu walau di ISO menengah seperti ISO 800. Tapi seiring peningkatan teknologi pengurang noise maka hal ini tidak akan jadi masalah serius di masa mendatang. Tambahan oleh Enche Tjin Kelebihan sensor Foveon adalah membuat foto dengan ketajaman dan micro-kontras yang sangat bagus sehingga detail foto lebih jelas dan tajam. Hal ini disebabkan karena tidak adanya filter AA Anti-Alias yang biasanya terdapat di sensor tipe Bayer. Juga tidak ada moire and chroma noise. Sehingga hasil dari sensor Foveon ini lebih murni daripada sensor lain. Kelemahan sensor ini yaitu diperlukan tenaga prosesor yang sangat besar dan relatif lama untuk memproses fotonya, selain itu juga menguras tenaga baterai. Kamera jadi lebih cepat panas. Kamera yang mengunakan Foveon ini sampai sekarang hanya Sigma, yaitu seri Sigma DP compact dan Sigma SD1 DSLR. Kesimpulan Teknologi sensor gambar masih terus berkembang, dari yang paling mudah dilihat seperti kenaikan resolusi megapiksel hingga teknologi lain yang bisa membuat hasil foto meningkat siginifkan. Yang saya cermati adalah era Bayer sudah terlampau usang, dengan teknik interpolasi yang banyak keterbatasan, perlu segera digantikan dengan metoda lain. Sensor X Trans buatan Fuji membawa angin segar dengan peningkatan kualitas foto dibanding sensor Bayer khususnya dalam hal ketajaman dan kekayaan warna, namun sayangnya tidak belum? bisa diadopsi di kamera lain. Sensor Foveon pun demikian, walau secara teknik paling menyerupai emulsi film yang artinya bakal memberi hasil foto yang paling baik justru dipakai di kamera yang jarang dijumpai seperti kamera Sigma. Sensor kamera yang paling ideal itu harus cukup banyak piksel detail, punya dynamic range lebih lebar dari sensor yang ada saat ini, punya filter warna yang lebih baik dari Bayer CFA, dan efisien harga, performa, kinerja ISO tinggi dsb. Kira-kira kapan ya sensor ideal ini bisa terwujud? About the author Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.
SamsungElectronics merilis dua sensor foto (image) untuk smartphone multi-kamera. Dua sensor tersebut yakni Isocell Bright
Home> Smartphones by Brian Klug on February 22, 2013 504 PM EST Posted in Smartphones camera Android Mobile The Camera Module & CMOS Sensor Trends So after we have the lenses, what does that go into? Turns out there is some standardization, and that standardization for packaging is called a module. The module consists of of course our lens system, an IR filter, voice coil motor for focusing, and finally the CMOS and fanout ribbon cable. Fancy systems with OIS will contain a more complicated VCM and also a MEMS gyro somewhere in the module. Onto CMOS, which is of course the image sensor itself. Most smartphone CMOSes end up being between 1/4ā€œ and 1/3ā€ in optical format, which is pretty small. There are some outliers for sure, but at the high end this is by far the prevailing trend. Optical format is again something we need to go look at a table for or consult the manufacturer about. Front facing sensors are way smaller, unsurprisingly. The size of the CMOS in most smartphones has been relatively fixed because going to a larger sensor would necessitate a thicker optical system, thus the real trend to increase megapixels has been more of smaller pixels. The trend in pixel size has been pretty easy to follow, with each generation going to a different size pixel to drive megapixel counts up. The current generation of modern pixels is around microns square, basically any 13 MP smartphone is shipping microns, like the Optimus G, and interestingly enough others are using microns at 8 MP to drive thinner modules, like the thinner Optimus G option or Nexus 4. The previous generation of 8 MP sensors were using micron pixels, and before that at 5 MP we were talking or micron pixels. Those are pretty tiny pixels, and if you stop and think about a wave of very red light at around 700nm, we’re talking about waves with micron pixels, around 2 waves at microns, and so forth. There’s really not much smaller you can go, it doesn’t make sense to go smaller than one wave. There was a lot of talk about the difference between backside BSI and front side illumination FSI for systems as well. BSI images directly through silicon into the active region of the pixel, whereas FSI images through metal layers which incur reflections and a smaller area and thus loss of light. BSI has been around for a while in the industrial and scientific field for applications wanting the highest quantum efficiency conversion of photons to electrons, and while they were adopted in smartphone use to increase the sensitivity quantum efficiency of these pixels, there’s an even more important reason. With pixels this small in 2D profile eg x microns the actual geometry of a pixel began to look something like a long hallway, or very tall cylinder. The result would be quantum blur where a photon being imaged onto the surface of the pixel, converted to an electron, might not necessarily map to the appropriate active region underneath - it takes an almost random walk for some distance. In addition the numerical aperture of these pixels wouldn’t be nearly good enough for the systems they would be paired with. Around the time I received the One X and One S last year, I finally became curious about whether we could ever see nice bokeh blurry background with an F/ system and small pixels. While trapped on some flight somewhere, I finally got bored enough to go quantify what this would be, and a side effect of this was some question about whether an ideal, diffraction limited no aberrations, ideal, if we had perfect optics system could even resolve a spot the size of the pixels on these sensors. It turns out that we can’t, really. If we look at the airy disk diameter formed from a perfect diffraction limited HTC One X or S camera system the parameters I chose since at the time this was, and still is, the best system on paper, we get a spot size around microns. There’s some fudge factor here since interpolation takes place thanks to there being a bayer grid atop the CMOS that then is demosaiced, more on that later, so we’re close to being at around the right size, but obviously microns is just oversampling. Oh, and also here are some hyperfocal distance plots as a function of pixel size and F/ for the same system. It turns out that everything is in focus pretty close to your average smartphone, so you have to be petty close to the subject to get a nice bokeh effect.
IpCamera Bosch Ndm-7703-al 20 (4x5) Mp Flexidome 30mtr Ir Multi ₹ 2.77 Lakh/ Piece. Get Quote. Bosch Ndp-5512-z30l Starlight 2mp 180mtr Ir Ptz Camera ₹ 2.96 Lakh/ Piece. Get Quote. Bosch mic 440 explosion protected camera. Bosch introducing our flagship hd fixed body solution the di Bosch panoramic 7000 360 vs 180 ip camera. Bosch ip SamsungGalaxy S22 Plus with 50MP camera. September 21, 2021. Reviews; Smartphones; System cameras; Tablets; The correct fit is determined by means of sensors. Game consoles - November 25 , 2020 Read more . News. Sony PS5 Slim a small and cheap game console Several new Sony smartphones have appeared, including some specs. The display
HargaKamera Xiaomi - Xiaomi kelihatannya memanglah makin serius dalam mengerjakan pasar elektronik di pasar global mengingat bila sampai kini awal kemunculan Xiaomi di kenal jadi product smartphone Android serta sampai sekarang ini memanglah masih tetap tunjukkan pangsa pasarnya yang cukup luas, beritanya Xiaomi juga ikut sediakan beragam
. 72 398 414 398 143 203 35 224

sensor cmos pada kamera smartphone